FoodPanda Food - Groceries, Belajar Dari Kegagalannya di Indonesia
Salah satu layanan pengiriman makanan terbesar di Asia berbasis aplikasi adalah FoodPanda: Food & Groceries. Proses pemesanan makanan melalui FoodPanda dilakukan langsung melalui aplikasi. Selain makanan, kini FoodPanda bahkan berekspansi di bidang pengiriman bahan makanan. Sukses di Asia, apakah FoodPanda mengalami nasib yang sama di Indonesia?. Simak ulasannya berikut ini.
FoodPanda Asia
FoodPanda dilahirkan oleh Delivery Hero SE yang berkantor pusat di Berlin. Sebelum pandemi melanda, perusahaan startup ini memang telah memulai bisnis delivery makanan berbasis aplikasi dan mendulang kesuksesan di beberapa negara Asia. Atas dasar itulah, FoodPanda kemudian mendirikan basis nya di Singapura.
Melalui layanan toko online bernama Pandamart, FoodPanda sukses menjadi aplikasi pengirim makanan terbaik di 8 negara Asia. Di tahun ini proyeksi bisnis FoodPanda adalah membuka cabang di negara lainnya yaitu Jepang, Laos, Kamboja dan Myanmar. Hal ini akan semakin mengukuhkan keberadaan FoodPanda sebagai startup terbesar di Asia untuk urusan pengiriman makanan hingga tahun 2021.
Saat ini FoodPanda bersaing ketat dengan startup lainnya seperti Grab Holding Inc., Gojek dan Deliveroo Plc untuk pasar Asia. Pandemi Covid-19 telah memberikan banyak keuntungan karena semakin banyak orang yang membutuhkan bantuan pengiriman makanan dan memesannya secara online. Ini akan menjadi proyeksi bisnis yang terus berkembang.
FoodPanda Indonesia Gulung Tikar?
Berbeda dengan aroma kesuksesan FoodPanda: Food & Groceries di dunia dan di Asia. Foodpanda Indonesia justru telah menutup seluruh kegiatan operasionalnya terhitung sejak tahun 2016. Tingginya persaingan antar startup berbasis digital kala itu menjadi penyebab FoodPanda harus gulung tikar. Faktor ketidaksiapan infrastruktur juga menjadi kendala saat itu.
Keputusan untuk menghentikan kegiatan operasionalnya di Indonesia disampaikan oleh Kantor Pusat FoodPanda terhitung sejak bulan Oktober 2016. Keputusan ini menyusul kegagalan yang sama di negara Vietnam di tahun 2015. Saat itu pihak FoodPanda menyatakan akan lebih fokus pada pengembangan bisnis di negara lain yaitu Malaysia, Singapura, Thailand dan Taiwan.
1. Tidak Mampu Bersaing Dengan Pemain Lama
Faktor utama penyebab runtuhnya FoodPanda Indonesia adalah ketidakmampuan dalam bersaing dengan para pemain lama di bidang ini. Sebutlah ada Grab dan Gojek yang telah lama bergulat di bisnis ini dan tentunya mendapatkan kepercayaan yang besar dari masyarakat. Ketika sudah timbul gelagat akan kalah bersaing dengan pemain lama, menutup layanan adalah keputusan pahit yang terbaik.
Fakta mengatakan bahwa pasar delivery makanan didominasi oleh Grab dan Gojek, dan di tahun 2022 ini Shopee ikut berperan serta. Kala itu. FoodPanda Indonesia hanya menguasai 4% pasar, sementara Go-Food mendominasi 87% dan sisanya dikuasai oleh Grab Food. Keterbatasan jaringan yang disediakan oleh kantor pusat Berlin turut berperan dalam kesulitan FoodPanda menjangkau pasar Indonesia.
2. Keterbatasan Yang Diberikan Kantor Pusat
Berbeda dengan Go-Food dan Grab Food yang memiliki daftar restoran lengkap dimana hampir semua makanan yang diinginkan oleh pembeli tersedia disana. FoodPanda justru memberi batasan dimana pemesanan hanya dapat dilakukan di restoran atau toko khusus yang bermitra dengan FoodPanda. Hal ini mempersempit jalan bagi usaha ini untuk berkembang.
Kebijakan ini memang diatur oleh kantor pusat sehingga FoodPanda tidak mampu berbuat banyak. Padahal, aplikasi ini sempat menjadi populer dan digandrungi karena banyak kelebihan yang dimilikinya. Pelayanan yang ramah dan profesional, harga yang relatif murah dan kecepatan dalam pengiriman menjadi nilai plus FoodPanda.
Belajar dari kegagalan FoodPanda Indonesia, memulai sebuah perusahaan startup memang membutuhkan banyak dukungan baik itu kesiapan teknologi maupun konsumennya. Konsistensi dalam menjalankan strategi bisnis juga akan berpengaruh terhadap kesuksesan.
Banyak pelajaran yang dapat diraih dari runtuhnya FoodPanda: Food & Groceries di Indonesia, sebagai pengalaman bagi usaha serupa dalam menjalankan roda bisnisnya.
0 Response to "FoodPanda Food - Groceries, Belajar Dari Kegagalannya di Indonesia"
Posting Komentar